Jokowi, Manuver Elite PDIP dan Penentuan Karir Politik

Masih seputaran sosok Jokowi yang menjadi buah bibir di kalangan media masa Nasional yang akibat dari prestasinya menaklukan Jakarta, Kota yang tidak ramah bagi kalangan pendatang. Anehnya Jokowi mampu menjalaninya dengan prestasi yang gemilang bersama Wakilnya Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok.


Dulunya, sewaktu pengunguman PDI-P tentang calon yang diusung oleh Partai Moncong tersebut saya sedikit bertanya-tanya, kenapa Pilihan Partai yang dibidani Putri Soekarno itu jatuh pada Jokowi. Padahal, PDIP
masih banyak Tokoh Nasional yang punya nilai jual di Ibu Kota. Ada Tjahyo Kumolo yang menjabat Sekjend Partai dan Pramono Anung, mantan Sekjend dan Wakil Ketua DPR. Juga ada Adang Ruchiatna Wakil Ketua Fraksi PDIP, nama terakhir merupakan Mantan Pangdam Udayana sempat dimunculkan, pada akhirnya restu Megawati jatuh pada Jokowi.


Kala itu saya sempat bertanya-tanya tentang pilihan PDIP tersebut, Jokowi Nota bene Walikota Solo daerah Tingkat dua yang langsung di suruh bertarung merebut kursi DKI 1. Ibaratnya dalam tinju, petinju yang masih berkutat dalam kelas Bantam diintruksikan oleh pelatih untuk bertanding di kelas Berat. Jokowi kala itu tidak menolak, bermodal prestasi sebagai Walikota Solo, ia menerima tantangan tersebut.


Menurut saya pencalonan Jokowi ini buah dari strategi Politik yang dimainkan kalangan Elite PDIP, mengingat Pilkada Jawa Tengah sebentar lagi akan berlangsung. Pendorongan Jokowi ke DKI, agar kalangan Elite PDIP yang mempunyai niat merebut Jateng 1 tidak mempunyai lawan yang berarti. Mengingat sekarang ini sudah ada nama yang muncul, ada Bibit Waluyo dan Tjahyo Kumulo. Asumsinya, jika Jokowi menang di DKI Peluang untuk Jawa Tengan akan terbuka lebar, dikarenakan pamor Jokowi di Solo dan Jateng begitu mempesona. Mereka (Bibit dan Tjahyo), akan menemui kesulitan untuk menelurkan ambisinya.


Andaikan Jokowi kalah di DKI sedikit banyaknya akan menggerus kekuatan Walikota Solo tersebut di Jawa Tengah. Juga, ia (jokowi) kan berpikir dua kali untuk ikut bertarung di Jateng 1 disebabkan modal yang telah habis selama Pilkada DKI berlangsung


Namun, manuver Politik yang dilakukan Elite PDIP ini berhasil, mengingat peluang Jokowi untuk menang pada putaran kedua sangat besar. Andaikan kalah, Jokowi sudah sangat lelah untuk ikut bertarung di Pilgub Jawa tengah. Mustahil Jokowi akan meramaikan Pilgub Jateng tersebut karena Jakarta sudah menguras energi dan materinya. Apalagi Pilkada DKI berlangsung dua putaran, waktu yang tersita dan


Uang sudah banyak habis membuat Jokowi akan ngos-ngosan jika dipaksakan juga bertarung di Jateng 1 andaikan Foke menang pada putaran besok.

Pilkada Jakarta sekarang ini menentukan Karir Politik Jokowi jika menang ia akan menjadi Superstar, jika kalah maka Karir Jokowi kemungkinan akan tamat mengingat ia sudah dua priode memipin Solo.
http://politik.kompasiana.com

1 komentar:

agen bola mengatakan...

smoga saja pak jokowi memangku jabatannya atau menjalankan amanah senantiasa ikhlas dan tulus..
sehingga jakarta bisa mengarah kepada pertubuhan yang lebih baik..

thanks bro, boleh juga article nya.

Posting Komentar