Gas Alternatif Baru yang Dikembangkan ESDM ExxonMobil mengaku berminat mengembangkan shale gas di Tanah Air.


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah mempersiapkan aturan pengembangan sumber gas baru non konvensional jenis shale gas di tengah produksi gas nasional yang masih kurang.

Hal ini juga tak terlepas dari maraknya minat perusahaan lokal yang ingin mengembangkan sumber gas baru jenis shale gas. Data terakhir menunjukkan sebanyak 15 perusahaan sudah mengajukan kajian bersama mengenai potensi shale gas di Indonesia.

Salah satu perusahaan minyak yang berminat adalah ExxonMobil dari Amerika Serikat.

"Draf selesai tahun ini. Untuk regulasinya seperti mencontoh Coal Bed Methane (CBM) di 2004, lalu 2006 punya regulasinya. Kemudian pada 2008 perjalanan proyek," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Legowo di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin 6 Februari 2012.

Kementerian ESDM mengaku pihaknya hingga kini baru sampai tahap tukar- menukar informasi dengan pihak AS yang mempunyai teknologi. Dari pertukaran informasi itu diharapkan bisa diketahui kecocokan lingkungan, industri, pengoperasian, dan regulasinya.

"Kami selalu mendapatkan keluhan untuk mendapatkan gas. Maka dari itu untuk mengembangkan semuanya baik dari sisi teknologi ataupun stakeholder, kami terbuka," kata Evita.

Dari perkiraan awal, daerah yang berpotensi menghasilkan shale gas berada di Kalimantan dan Sumatera. Namun, untuk biaya pengembangan sangat tergantung kondisi daerah masing-masing.

"Setelah joint study-nya selesai, kemudian tender, nanti setelah itu kami akan putuskan untuk biaya investasinya." kata Evita.

Sementara itu, Asisten Sekretaris untuk Kebijakan dan Kerja Sama Internasional Departemen Energi Amerika Serikat, David Sandalow mengatakan negaranya mampu menghasilkan gas alam non konvensional sebesar 30 persen.

"Berdasarkan proyeksi Administrasi Informasi Energi, produksi akan tumbuh menjadi 49 persen pada 2035. Hal tersebut merupakan perkembangan yang tak terduga dalam produksi shale gas," katanya.

David mengatakan shale gas diperoleh dari batuan yang keras yang dapat menghasilkan 26 persen gas. "CBM tetap menjadi kontributor sebesar 9 persen," kata Sandalow.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga menawarkan kerja sama dengan pihak Estonia yang dinilai memiliki kemampuan dalam produksi shale oil.
Homepage: http://bisnis.vivanews.com/ 

0 komentar:

Posting Komentar